Monday, October 22, 2018

Wave of Tomorrow Sajikan Instalasi Seni, Teknologi, dan Musik

Mulai akhir minggu ini sampai akhir bulan Oktober yang akan datang, satu festival seni tehnologi Wave of Tomorrow diselenggarakan di di Tribrata Grand Ballroom, Darmawangsa, Jakarta Selatan. Pameran ini mendatangkan enam kolektif new alat art berbasiskan tehnologi yang ikut ikut di ramaikan 30 musikus

Baca Juga : Belajar Fingerstyle dengan Belajar Gitar Fingerstyle

Pameran instalasi seni moderen ini diadakan Level7 serta Bale Proyek menjadi konsultan seni. Pameran ini menurut perwakilan dari Bale Proyek, Maharani jadi wadah untuk menyediakan dan mendatangkan karya instalasi yang tembus batas.

“Wave of Tomorrow 2018 jadi wadah untuk beberapa kreator tembus batas. Melalui pameran ini pula diinginkan dapat memberikan inspirasi beberapa pengunjung," kata Maharani waktu mengadakan pertemuan wartawan mendekati pembukaan festival, Jumat 19 Oktober 2018.

Baca Juga : Cara Belajar Fingerstyle dengan Cara Merawat Senar Gitar

Sejumlah besar karya-karya yang didatangkan ikut menyertakan pengunjung untuk bias berhubungan dengan objek seni. Mereka bias menyentuh, mendatangkan bunyi, serta rasakan situasi dan dampak dari keterkaitan mereka. Tidak cuma itu, beberapa seniman ikut ada hingga mereka dapat berhubungan dengan pengunjung saat pameran berjalan.

Seniman yang berperan serta dalam pameran ini salah satunya ialah Sembilan Matahari, Kinara Darma, Maika Collective, Rebellionik, Ageless Galaxy, ikut kreator besar asal Perancis Nonotak.

Awal mulanya, Maharani ikut menjelaskan bila Wave of Tomorrow 2018 jadi satu festival seni yang cukuplah special karena berbasiskan tehnologi yang ikut digabungkan dengan tampilan musik dari beberapa musikus dalam serta luar negeri. Beberapa jejeran nama seperti Potret, Barasuara, Nonotak (Shiro),

Baca Juga : Cara Merawat Senar Bass dan Merawat Senar Bass Yang Baik

Danilla, Weird Genius, Stars and Rabbit, Glenn Fredly, Serta Shake, Maliq and D'Essentials, The Groove, Bradly Zero, Skool of Rap.Wave of Tomorrow 2018 di buka untuk umum pada 20-28 Oktober, di buka jam 15.00 WIB pada hari kerja serta 11.00 WIB diakhir minggu. Harga ticket Rp 50 ribu (hari kerja) serta Rp 100 ribu (akhir minggu)

The Readers Fest 2018 Pesta Musik dan Literasi Digelar Pekan Ini

The Readers Fest 2018 adalah agenda yang digagas Gramedia.com yang dikemas berbentuk talkshow & workshop dari beberapa tokoh literasi Indonesia. Diluar itu acara ini pula menyediakan festival musik dari beberapa musikus tanah air.

Baca Juga : Sejarah Gitar Bass dengan Sejarah Alat Musik Gitar Bass

Acara ini diselenggarakan menjadi salah satunya sisi Gramedia.com untuk mencapai semakin banyak pembaca di semua Indonesia, dan memberi keringanan buat semua penduduk Indonesia supaya ingin selalu membaca.

Di acara ini banyak buku yang dapat didapat dengan potongan harga cukup tinggi sampai 92 %. "Kami suka dengan ketertarikan penduduk pada buku terutamanya di lokasi Jabodetabek," tutur Kelvin Wijaya, Managing Director Gramedia Digital Nusantara.

Baca Juga : Cara Bermain Gitar Bass

Kelvin membidik acara ini bisa menyertakan sampai 7000 pengunjung. Kita ikut membuat workshop, talkshow diakhir minggu. Harapannya penduduk dapat lebih ketertarikan pada literasi," sambungnya.

Rangkaian acara diatur untuk dapat di nikmati pengunjung sampai 7 Oktober yang akan datang. Salah satunya ada workshop masalah menulis kreatif mendatangkan sutradara muda Wregas Bhanuteja. Tidak hanya Wregas ada juga Bernard Batubara yang share masalah tulisan buku.

Baca Juga : Cara Bermain Bass dengan Bermain Bass Untuk Pemula

Najwa Shihab serta Maman Suherman ikut ada share masalah budaya literasi untuk tingkatkan minat baca. Sapardi Djoko Damono ikut dijadwalkan ikut memeriahkan acara sekaligus juga mengenalkan karya barunya, Tentang Gendis.

Musik Mozart Tidak Membuat Pintar

Lebih dari 15 tahun beberapa ilmuwan tertipu sebab asumsi dengarkan musik classic bisa membuat seorang lebih pandai. Saat ini, beberapa periset dari University of Vienna, Austria yaitu Jakob Pietschnig, Martin Voracek and Anton K. Formann temukan jika tidak ada dampak apa pun pada potensi kognitif jika anda atau bayi anda seringkali dengar lagu classic.

Penelitian yang dikasih judul "Mozart effect" ini memang spesial mempelajari efek musik classic karya Mozart pada tingkat kecerdasan seorang. Riset ini sudah diterbitkan di US Journal Intelligence.

Baca Juga : Sejarah Biola dengan Sejarah Alat Musik Biola

Pada 1993, pada journal Nature, riset dari University of California, Irvine yang dikerjakan psikolog Frances H. Rauscher serta rekan-rekannya temukan jika sesudah diperdengarkan musik Mozart 1781 sonata yang dimainkan dengan dua piano dalam tangga nama D mayor (KV 448) pada beberapa siswa, nyatanya bisa tingkatkan potensi kerjakan soal-soal tentang spasial (ruangan).

Saat itu media massa New York Times menulis dengan dengarkan musik Mozart bisa jamin anak-anak memperoleh sekolah yang baik. Beberapa pakar yang lain memberi komentar jika musik Mozart ialah peluru ajaib untuk menggerakkan potensi intelegensia anak-anak.

Publisitas yang terlalu berlebih ikut dikerjakan Gubernur Georgia, Zell Miller pada 1998 yang pastikan tiap-tiap ibu yang baru melahirkan anak akan terima satu paket CD musik classic. Pada tahun yang sama pemerintah Florida uga mengharuskan tiap-tiap pusat pendidikan anak untuk melantunkan musik classic minimum satu jam dalam satu hari.

Baca Juga : Sejarah Ukulele dengan Sejarah Alat Musik Ukulele

Sebelum lakukan riset, Pietschnig serta kawan-kawannya menghimpun semua opini serta penemuan beberapa pakar berkaitan efek musik Mozart pada tingkat intelegensi seorang lalu mereka membuat penelitian pada 3000 partisipator.

Berdasar pada riset pada beberapa ribu partisipator itu, Pietschnig serta rekan-rekannya menyimpulkan tidak ada stimulus atau suatu yang menggerakkan penambahan potensi spasial seorang sesudah dengarkan musik Mozart.

"Silakan anda dengarkan musik Mozart, tetapi janganlah mengharap itu akan menggerakkan potensi kognitif anda," kata Pietschnig. Menurutnya, Mozart Effect ialah satu legenda. Seseorang psikolog dari Emory University, Scott E. Lilienfeld ikut sama pendapat dengan penemuan Pietschnig. Dalam bukunya yang berjudul "50 Mitos Sangat Populer", Lilienfeld tempatkan "Mozart Effect" pada rangking ke enam.

Tata Janeeta Berkolaborasi Garap Album Musik Agar Tak Egois

Sesudah sukses dengan lagu Sang Penggoda yang launching pada April 2018 lantas, Tata Janeeta berperan serta dalam album gabungan Story of A Broken Heart. Pada album ini,

Baca Juga : Jenis Jenis Ukulele dengan Jenis Ukulele Berdasarkan Ukuran

Tata memberikan dua lagu yakni Sang Penggoda serta Korbanmu. Dia lebih pilih berperan serta dalam album gabungan bersama dengan musikus yang lain dibanding membuat album sendiri.

“Zaman saat ini kita janganlah egois serta janganlah serakah sebab pencinta musik saat ini lebih suka pada beberapa hal yang beragam, jadi mudah-mudahan jika saya simpan lagunya sama kawan-kawan yang lainnya warnanya semakin lebih beda serta bermacam,” papar Tata waktu peluncuran album Story of Broken Heart di KFC Kemang, Jakarta Selatan, Rabu, 25 Juli 2018.

Baca Juga : Jenis Ukuran Ukulele dengan Jenis Jenis Gitar

Dua lagunya yang berjudul Sang Penggoda serta Korbanmu pernah launching awal mulanya. Video klip dari lagu korbanmu yang telah launching semenjak tahun 2016 ini telah dilihat video klip nya sekitar 42 juta kali.

Album Story of A Broken Heart adalah album gabungan yang di luncurkan oleh Jagonya Musik serta Sport Indoesia (JSMI). Akan ada sembilan musisi yang ikut serta salah satunya Adera,

Baca Juga : Harga Gitar Akustik dengan Harga Gitar Elektrik

Tata Janeeta, Slank, Gita Gutawa, Wizzy, Azmi, Marsha Zulkarnain, Mytha Lestar serta Once Mekel. Album ini berisi 10 lagu yang mempunyai topik percintaan serta patah hati.

Album Story of A Broken Heart di jual di gerai KFC semua Indonesia dengan harga Rp44.000, konsumen akan memperoleh harga yang tambah murah bila beli menu makanan spesifik.

6 Aplikasi Pemutar Musik Terpopuler untuk Android

Saat mainkan musik yang tersimpan dengan lokal di piranti Android, banyak orang cuma memakai aplikasi yang sudah terinstal awal mulanya, yang dalam umumnya masalah ialah Google Play Music. Sebagian orang memakai Poweramp, tetapi itu tidak baik, bila Anda inginkan suatu yang simpel.

Untungnya, saat ini terdapat beberapa aplikasi pemutar musik hebat yang ada untuk Android. Semasing aplikasi yang dipertunjukkan berikut ini mempunyai antarmuka (UI) yang indah dengan design mewah serta animasi yang berarti. Mempunyai semua feature basic bersama beberapa pilihan rekonsilasi dan widget untuk homescreen Anda. Sejumlah besar gratis atau mempunyai vs gratis dengan fungsionalitas rendah.

Baca Juga : Teknik Bermain Drum dan Cara Mudah Bermain Drum

1. Shuttle, Shuttle ialah aplikasi Material Design classic Anda, dengan palet warna yang meriah. Gali lewat penyusunan serta Anda akan temukan beberapa puluh langkah untuk sesuaikan pola warna dari aplikasi ini. Feature yang lain termasuk juga custom equalizer, mengambil rincian putar artwork, serta Last.fm scrobbling.

2.Phonograph,Phonograph sudah melalui banyak UI serta bahkan juga memberikan nama pergantian itu. Yang paling baru ialah yang terunggul, dengan kartu rincian putar yang unik. Phonograph ikut mempunyai topik serta warna aksen yang bisa sesuai, ambil automatis album, dan suport pemutaran tiada gap. Akan tetapi, aplikasi ini tidak mempunyai custom equalizer serta bergantung pada hp Anda.
Ada: Gratis

Baca Juga : Bermain Drum Untuk Pemula dengan Cara Belajar Drum

3. Pulsar, Pulsar mempunyai susunan yang begitu simpel serta minimum dengan tombol besar serta teks yang diatur rapi di monitor Now Playing. Aplikasi ini mempunyai ambil artwork, pemutaran tiada gap, custom equalizer, serta Last.fm scrobbling.

4. BlackPlayer, BlackPlayer melupakan beberapa tips Material Design serta dikit nakal. Aplikasi ini memakai cap teks besar menjadi tab dibagian atas. Mengeklik album akan buka kartu dengan semua track. Monitor Now Playing super bersih dengan teks yang renyah serta tata letak tombol yang simpel serta bersih dan album art yang besar. Anda bisa merubah font yang dipakai di aplikasi dan sesuaikan warna antarmuka seperti keinginan.
Ada: Gratis/Bayar

5. Retro Music Player, Penampilannya betul-betul moderen serta lumayan menarik, dengan pilihan antarmuka yang menarik serta font non-asli. Monitor Now Playing ikut cukuplah cantik serta tombol Play bahkan juga ambil warna dari album art. Aplikasi ini dikit mudah pada kustomisasi dibanding dengan beberapa aplikasi lainnya di sini, tetapi semua feature basic ada.
Ada: Gratis

Baca Juga : Belajar Drum Double Pedal dengan Teknik Drum Double Pedal

6. doubleTwist, Ini ialah aplikasi paling tua dalam grup ini. Dahulu design Android UI betul-betul mengerikan, tetapi sekarang sudah berlainan. doubleTwist masih jadi salah satunya pemain musik terunggul di Android. Aplikasi ini mempunyai feature sangat dikit dari semua aplikasi dalam group ini serta sembunyikan sebagian dari mereka dibalik paywall, akan tetapi pengalaman pemutaran musik pentingnya sama bagusnya seperti awal mulanya.