Monday, September 16, 2019

Ini Tanggapan Untag Surabaya Saat Dikaitkan dengan 'KKN Desa Penari'

Account Instagram @mirrorgenk menyebutkan Kampus 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya jadi universitas beberapa mahasiswa dalam narasi horor 'KKN Desa Penari'. Tetapi faksi universitas dengan tegas membantahnya.

Posting itu selanjutnya membuat ramai serta memantik bermacam komentar warganet. Detikcom selanjutnya mendatangi Instansi Riset serta Dedikasi Warga (LPPM) universitas Untag di Jalan Semolowaru. Yaitu untuk bertanya kebenaran posting @mirrorgenk yang diupload 4 hari kemarin.



"Kita tahun 2009 itu, kita tidak sudah pernah kirim KKN kesana. Kita tidak pernah. Itu contohnya di Banyuwangi ya. Kita sampai kini tidak pernah sampai kesana," kata Ketua LPPM Untag Surabaya Muslimin Abdurahim waktu didapati detikcom, Senin (16/9/2019).

Baca Juga : Open Source

Muslimin menangkis posting yang menyebutkan peserta dari universitas Untag per barisan sejumlah 6 sampai 8 mahasiswa. Karena, sampai kini dalam tiap KKN, Untag tetap mengelompokkan 30 sampai 40 mahasiswa.

"Selanjutnya jika tidak salah pesertanya kan ada 6 serta 8 orang. Barisan 6, satu barisan 8. Sedang di Untag ini KKN-nya ini 30 sampai 40 per barisan. Kita tempo hari di Gresik sampai 30 barisan. Sebab memang lebih dari 1.500 mahasiswa," jelas Muslimin.

"Serta tiap barisan tetap dibarengi oleh dosen pembimbing lapangan (DPL). Selain itu ada panitia, panitia itu umumnya berada di posko. Panitia semua anggota LPPM masuk disana, ditambah dari semua wakil fakultas semasing atau jurusan. Jadi relatif ada semua serta tetap mengatur tiap desa. Serta di tiap desa ada DPL," imbuhnya.

Dia kembali memperjelas, posting yang tersebar di sosial media tidak benar. Karena dari persyaratan yang disebut juga berlainan jauh.

"Itu tidak lah, sebab dari persyaratan telah beda. Kelompoknya telah beda, terus jumlahnya orangnya telah beda yang 8 sampai 6 itu telah beda," lanjut Muslimin.

Baca Juga : Pengertian Open Source

Menurut Muslimin, sampai kini faksi Untag tetap lakukan KKN cuma di seputar tiga wilayah saja seperti Lamongan, Gresik serta Jombang. Hal tersebut dikerjakan untuk mendesak ongkos KKN yang memang ditanggung pada beberapa mahasiswa yang ikuti.

Dia menyanggah jika Untag tidak mengirim mahasiswanya KKN di Jawa timur sisi timur semenjak 2009. Karena pada 2017, faksinya sudah pernah kirim KKN ke Probolinggo.

"KKN cuma di seputar Gresik, Lamongan serta Jombang sudah pernah kita disana. Jika jauh-jauh kita kan berpikir begitu mahal. Sebab KKN itu kan biayanya dijamin oleh mahasiswa jika kita begitu jauh ongkos akan begitu mahal. Terkecuali jika kita ada keinginan serta penempatan dari Ristekdikti atau dari Jakarta, itu kan mereka yang biayai. Jadi tidak ada sampai ke timur jauh itu," jelas Muslimin.

"Jika 2017 di Probolinggo iya. Kita memang benar ada kerja sama dengan ibu wali kota. Serta kita saat itu di kotanya saat itu bukan di desa. Itu KKN reguler atau masal. Itu keinginan kerja sama dengan bu wali," lanjut Muslimin.

Karena itu, faksinya akui bingung kenapa kampusnya disangkut-pautkan dengan narasi horor 'KKN Desa Penari'. Menurut dia info itu tidak berdasarkan.

Baca Juga : Open Source Adalah

"Itu saya tidak tahu dasarnya menjelaskan itu darimanakah. Sebab kita tidak sudah pernah kirim 6 atau 8 orang KKN sampai kini," Ujarnya.

Pertaruhan yang di-posting @mirrorgenk mengacu pada cerita mistis yang awalnya dikisahkan account Twitter @SimpleM81378523. Jika ada 14 mahasiswa-mahasiswi yang mengadakan KKN di Kota B, Jawa Timur, pada 2009 akhir. Mereka adalah mahasiswa-mahasiswi angkatan 2005/2006 dari satu perguruan tinggi di Kota S.

Enam mahasiswa-mahasiswi salah satunya disamarkan dengan nama Ayu, Nur, Widya, Wahyu, Anton, serta Bima. Dua salah satunya wafat sesudah melalui banyak sekali hal mistis dalam tempat KKN itu.

No comments:

Post a Comment